Analisi Performansi Pengaruh Interferensi Wi-Fi terhadap Kinerja CBTC
Communications-Based Train Control (CBTC) adalah sistem signalling modern yang menggunakan komunikasi radio untuk mentransfer informasi dari train control kepada kereta api. Pada umumnya jaringan Trackside System menggunakan infrastruktur Wi-Fi konvensional (IEEE 802.11) yang berarti kereta harus selalu melakukan handshaking dengan access point atau bersifat connection oriented. Hal ini menyebabkan pengiriman data mengalami delay[3]. Dengan penggunaan Wireless Ad-hoc Network pada jaringan CBTC diharapkan dapat memberikan layanan pengiriman data yg real-time. Karena pada mode ini, pesan yang dikirimkan dari kereta di-broadcast ke node manapun yang terdekat. Sehingga diharapkan dapat menurunkan nilai communication delay yang dihasilkan oleh sistem komunikasi Wi-Fi konvensional.
Communications-Based Train Control (CBTC) adalah sistem signalling modern yang menggunakan komunikasi radio untuk mentransfer informasi dari train control kepada kereta api. Pada umumnya jaringan Trackside System menggunakan infrastruktur Wi-Fi konvensional (IEEE 802.11) yang berarti kereta harus selalu melakukan handshaking dengan access point atau bersifat connection oriented. Hal ini menyebabkan pengiriman data mengalami delay[3]. Dengan penggunaan Wireless Ad-hoc Network pada jaringan CBTC diharapkan dapat memberikan layanan pengiriman data yg real-time. Karena pada mode ini, pesan yang dikirimkan dari kereta di-broadcast ke node manapun yang terdekat. Sehingga diharapkan dapat menurunkan nilai communication delay yang dihasilkan oleh sistem komunikasi Wi-Fi konvensional. Selain itu, transisi yang besar dari sistem signalling konvensional menjadi sistem signalling modern yang berbasis komunikasi juga menjadi pendorong terciptanya CBTC yang lebih modern[1]. Saat ini, sistem komunikasi konvensional sudah bertahan selama lebih dari 50 tahun dan sudah saatnya dilakukan pembaharuan terhadap sistem tersebut. Terlebih lagi perkembangan industri kereta api yang terus berkembang karena menjadi pilihan moda transportasi yang bebas hambatan serta tepat waktu, menjadikan pengembangan terhadap CBTC ini menjadi penting. Di Kota Jakarta saja, pembangunan jalur-jalur MRT dan LRT sedang pada tahap yang terus berkembang karena moda transportasi kereta ini dianggap dapat menjadi jawaban terhadap kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang reliable dan tepat waktu. Namun semua itu bukan tanpa hambatan, karena beberapa karakteristik dari moda transportasi ini yang harus dipertimbangkan sehingga membutuhkan sistem komunikasi yang reliable. Salah satu pertimbangannya adalah ketidakmampuan kereta untuk melakukan pengereman secara mendadak dan tidak dapat menghindari obstacle menjadikan tantangan dalam merancang sistem komunikasi untuk CBTC ini. Oleh keadaan itulah, dalam merancang sebuah sistem komunikasi untuk diimplementasikan kedalam sistem CBTC ini harus memperhatikan bahwa karakteristik utama dari sistem tersebut adalah delay sensitive. Sedangkan pada sistem komunikasi konvensional, yang bersifat connection oriented, proses handshaking menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan. Dimana di dalamnya, sebelum pesan atau informasi dikirimkan, perlu adanya koneksi yang terjalin antar tiap network element. Ini menjadi suatu permasalahan tertentu karena kecepatan kereta yang tinggi dan keterbatasan waktu dalam setiap pengiriman paket informasi. Selain itu, faktor skalabilitas juga menjadi sebuah pertimbangan. Dengan menggunakan model ad-hoc network, secara tidak langsung akan mempermudah apabila di suatu hari nanti dibutuhkan pengembangan atau ekspansi jaringan. Biaya dalam melakukan ekspansi jaringan tersebut juga dinilai lebih efektif dikarenakan setiap node tidak harus langsung terhubung dengan Train Control. Faktor lain yang menjadikan model ini memiliki keuntungan adalah sudah tersedianya dukungan dari industri yang besar. Karena saat ini, perusahaan yang memproduksi perangkat Wi-Fi ini sudah sangat banyak, belum lagi dukungan open standard protocol yang menjadikan kita tidak bergantung pada satu vendor tertentu dalam implementasinya. Pemilihan model ini karena secara dinamis dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan traffic untuk QoS dan Bandwidth. Pada penelitian ini dilakukan perancangan jaringan untuk dilakukan simulasi dimana parameter uji yang akan dijadikan acuan dalam simulasi tersebut adalah throughput dan packet loss.
Project Author(s)
Risyad Riyadi (23219350)